Home » , » MIKROTREMOR

MIKROTREMOR

Posted by Nyontek..?? on January 30, 2016

        Mikrotermor merupakan getaran tanah selain gempa bumi, getaran dimaksud dapat disebabkan oleh getaran akibat aktivitas manusia seperti akibat aktifitas lalu lintas, aktifitas industri dan aktifitas manusia lainnya di permukaan bumi. Selain akibat aktifitas manusia, sumber-sumber mikrotremor juga disebabkan oleh aktifitas-aktivitas alam seperti arus laut, interaksi angin dan bangunan dan juga gelombang laut periode panjang (Petermans et.al., 2006).

        Gelombang mikrotremor merupakan simpangan (amplitudo) getaran yang sangat kecil dan terus menerus dari tanah atau struktur. Karakteristik mikrotremor suatu wilayah mencerminkan karakterisitik batuan di wilayah tersebut. Dengan seismograph tertentu yang memiliki perbesaran dalam orde 104-106 kali, getaran mikrotremor tersebut dapat direkam. Getaran tersebut dapat memiliki periode antara 0.05–2.00 detik atau bahkan sampai 4.00 detik. Amplitudo mikrotremor biasanya berada antara 0.001 – 0.01 cm/s (Mirzaoglu and Dykmen, 2003).

        Pengukuran mikrotremor dapat dilakukan dengan menggunakan mikrotremormeter yang terdiri dari pengukur amplitudo dan periode. Pada pengukur amplitudo umumnya terdiri dari tiga pilihan yaitu amplitudo simpangan, kecepatan dan percepatan. Pada komponen pengukur periode dilengkapi dengan alat pencacah sampel frekuensi, yaitu berupa tape recorder beserta alat digital analyzer.
Pengukuran mikrotremor banyak dilakukan pada studi penelitian struktur tanah untuk mengetahui keadaan bawah permukaan tanah. Omori mengamati mikrotremor pertama kali tahun 1908 (Mirzaoglu and Dykmen 2003). Sebab karakteristik dinamika tanah atau struktur selama terjadinya gempa dapat diperkirakan dengan menggunakan analisis mikrotremor. Dari hasil pengukuran mikrotremor dapat diketahui sifat getaran dalam berbagai jenis lapisan tanah dan juga dapat ditentukan perioda dominannya (Nakamura et.al, 2000).


        Dalam analisis mikrotremor dengan membandingkan spektrum komponen horizontal terhadap komponen vertikal atau dikenal dengan metode HVSR. Metoda HVSR pertama kali diperkenalkan oleh Nogoshi dan Iragashi yang menyatakan adanya hubungan antara perbandingan komponen horisontal dan vertikal terhadap kurva elipsitas pada gelombang Rayleigh yang kemudian disempurnakan oleh Nakamura (1989). Nakamura mengusulkan sebuah hipotesa bahwa getaran mikrotremor pada suatu lokasi dapat ditentukan dengan menghitung rasio spektral antara komponen horizontal terhadap komponen vertikal yang diamati pada titik lokasi yang sama.



        Teknik ini dapat digunakan untuk mengindentifikasikan frekuensi dasar lapisan lunak. Metoda ini menunjukan adanya korelasi positif dengan frekuensi natural dasar medium pada lapisan yang lunak (soft soil). Sutikno (2009) menggunakan teknik HVSR untuk mengetahui respon lapisan tanah di Bantul, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi positif, secara kualitatif, antara frekuensi dominan dan amplifikasi dengan tingkat kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi Bantul 27 Mei 2006, Yogyakarta.

        Kerusakan pada infrastruktur yang diakibatkan oleh gempa bumi perlu dipahami dengan baik, melalui fakta kerusakan struktur yang tergantung pada kondisi lapisan tanah. Fenomena ini dapat diterangkan melalui proses resonansi, yaitu apabila frekuensi natural bangunan mendekati frekuensi getaran tanah  maka akan terjadi penguatan getaran yang dapat mengakibatkan kerusakan berat pada bangunan. Dengan demikian dari hasil pengukuran mikrotremor yang menghasilkan nilai sebaran frekuensi natural tanah pada suatu wilayah, maka dapat diperkirakan luas kerusakan pada bangunan pada wilayah tersebut.

SELANJUTNYA :
SOFTWARE PENGOLAHAN DATA
PENGOLAHAN DATA MIKROTREMOR

Thanks for reading & sharing Nyontek..??

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment