Liquifaksi |
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan indeks kerentanan seismik banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Nakamura (2008) melakukan pengukuran mikrotremor untuk mengkaji indeks kerentanan seismik di distrik Marina, San Francisco yang merupakan daerah kerusakan parah akibat gempa bumi Loma Prieta 1989. Nilai indeks kerentanan seismik di daerah pantai hingga kawasan perbukitan menunjukkan adanya perbedaan. Daerah pantai yang merupakan dataran aluvial dan reklamasi memiliki indeks kerentanan seismik tinggi, ternyata mengalami kerusakan yang parah. Indeks kerentanan seismik berubah mengecil begitu memasuki kawasan perbukitan yang tidak mengalami kerusakan saat gempa bumi.
Saita et al. (2004) melakukan kajian indeks kerentanan seismik di distrik Intramuros, Manila, Filipina, tepatnya pada kawasan yang pernah mengalami kerusakan akibat gempa bumi Luzon 1990. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah yang mengalami kerusakan parah ternyata terletak pada daerah indeks kerentanan seismik tinggi berdasarkan mikrotremor.
Huang dan Tseng (2002) melakukan pengukuran mikrotremor pada 40 lokasi di daerah Yuan Lin Taiwan setelah gempa bumi Chi Chi 1999. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Yuan Lin yang mengalami kerusakan parah dan terjadi likuifaksi ternyata terletak pada zona indeks kerentanan seismik tinggi berdasarkan analisis mikrotremor.
Nakamura et al. (2000) melakukan pengukuran mikrotremor sebanyak 400 lokasi di daerah yang pernah mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi Kobe 1995. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor dengan rasio kerusakan. Di daerah pesisir yang memiliki indeks kerentanan tinggi mengalami rasio kerusakan tinggi, sedangkan di perbukitan yang memiliki indeks kerentanan rendah mengalami rasio kerusakan rendah.
Gurler et al. (2000) melakukan pengukuran mikrotremor pada 200 lokasi di Mexico City yang berulangkali dilanda kerusakan akibat gempa bumi tahun 1957, 1979 dan 1985. Jalur pengukuran mikrotremor memotong perbukitan, daerah transisi, dan rawa yang sudah direklamasi. Hasil penelitian dapat mengidentifikasi ”zona lemah” yang ditandai dengan indeks kerentanan seismik tinggi di zona bekas rawa. Indeks kerentanan seismik berubah semakin kecil setelah memasuki zona transisi dan zona perbukitan. Kawasan bekas rawa yang direklamasi ternyata merupakan zona indeks kerentanan tinggi dan selalu mengalami kerusakan parah setiap terjadi gempa bumi kuat.
Thanks for reading & sharing Nyontek..??
0 komentar:
Post a Comment